Ketemu Penjual Baso Malang
Sepulang menunaikan ibadah sholat Jumat, langsung menuju warung nasi di depan kos. Dari jauh kelihatan gerobak baso keliling. Ada logo arema (pikir saya yg jualan orang Malang nih). Benar, pas masuk ke warung ada orang pakai baju arema, dan terjadilah obrolan :
aku : "mas yang jualan baso ya?"
penjual baso : "iya, kenapa mas?"
aku : pesen makanan "asal mas mana?"
penjual baso : "asalku malang"
aku : "loh aku yo arema , sampean malange ndi?" langsung ngomong bahasa jawa (Loh saya juga arema, mas malang mana?)
penjual baso : "omahku daerah Panjen sebrang kulon, lah omahmu nandi?" (rumahku daerah Kepanjen bagian barat, kalau rumahmu di mana ?)
aku : makanan pesenan saya sudah datang, jadi ngobrol sambil makan "omahku ndek Dampit, oh iyo wes suwe ndek Jakarta" (rumahku di Dampit, oh iya sudah lama di Jakarta)
penjual baso : "iyo, sek tas koq. Tas oleh setahun, lah kosmu nandi" (iya, masih baru kok. Baru satu tahun, lha kosmu di mana ?)
aku : "nang ngarep warung iki kosanku, ohh nang kene manggon nandi?" (di depan warung ini kosan saya, ohh di sini tinggal di mana?)
penjual baso : "aku manggon nang Kampung Bambu daerah Slipi, rodok adoh tekan kene" (saya tinggal di Kampung Bambu agak jauh dari sini)
. . . .
Itu cuplikan obrolan saya dengan penjual baso arema, cukup prihatin melihat keadaan penjual baso tsb. Sudah datang jauh-jauh dari Malang ke Jakarta demi mencari sesuap nasi. Walaupun kerja hanya dengan mendorong gerobak baso, yang penting Halal.
Saya bersyukur dengan keadaan saya sekarang. Bisa kuliah dengan biaya sendiri, makan dengan biaya sendiri, bisa beli baju sendri. Di luar sana masih banyak orang yang mencari sesuaap nasi saja susah.
aku : "mas yang jualan baso ya?"
penjual baso : "iya, kenapa mas?"
aku : pesen makanan "asal mas mana?"
penjual baso : "asalku malang"
aku : "loh aku yo arema , sampean malange ndi?" langsung ngomong bahasa jawa (Loh saya juga arema, mas malang mana?)
penjual baso : "omahku daerah Panjen sebrang kulon, lah omahmu nandi?" (rumahku daerah Kepanjen bagian barat, kalau rumahmu di mana ?)
aku : makanan pesenan saya sudah datang, jadi ngobrol sambil makan "omahku ndek Dampit, oh iyo wes suwe ndek Jakarta" (rumahku di Dampit, oh iya sudah lama di Jakarta)
penjual baso : "iyo, sek tas koq. Tas oleh setahun, lah kosmu nandi" (iya, masih baru kok. Baru satu tahun, lha kosmu di mana ?)
aku : "nang ngarep warung iki kosanku, ohh nang kene manggon nandi?" (di depan warung ini kosan saya, ohh di sini tinggal di mana?)
penjual baso : "aku manggon nang Kampung Bambu daerah Slipi, rodok adoh tekan kene" (saya tinggal di Kampung Bambu agak jauh dari sini)
. . . .
Itu cuplikan obrolan saya dengan penjual baso arema, cukup prihatin melihat keadaan penjual baso tsb. Sudah datang jauh-jauh dari Malang ke Jakarta demi mencari sesuap nasi. Walaupun kerja hanya dengan mendorong gerobak baso, yang penting Halal.
Saya bersyukur dengan keadaan saya sekarang. Bisa kuliah dengan biaya sendiri, makan dengan biaya sendiri, bisa beli baju sendri. Di luar sana masih banyak orang yang mencari sesuaap nasi saja susah.
aduh..aku baca ini jd trenyuh an bersyukur